Opinikampus.com – Melki Sedek Huang, mantan Ketua BEM UI, saat ini menjadi topik pembicaraan setelah diduga terlibat dalam kasus kekerasan seksual. Rocky Gerung, seorang akademisi terkemuka, turut serta dalam diskusi ini. Kasus ini telah menarik perhatian publik dan media, menimbulkan berbagai spekulasi dan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Baca Juga: Kekerasan Seksual Ketua BEM UI: Respons Universitas Indonesia
Rocky Gerung dan Kasus Melki Sedek Huang
Rocky Gerung mencurigai adanya upaya untuk melemahkan suara mahasiswa melalui kasus Melki Sedek Huang. Melki baru-baru ini berbicara keras tentang Cawapres dan menantang Gibran Rakabuming untuk debat. Menurut Gerung, ini adalah upaya untuk meredam suara kritis mahasiswa, terutama menjelang Pemilu 2024.
Melki Sedek Huang: Simbol Pelemahan Mahasiswa?
Menurut Rocky Gerung, Melki Sedek Huang menjadi simbol pelemahan mahasiswa di tengah ramainya isu Capres dan Cawapres di Pemilu 2024. Rocky Gerung berpendapat bahwa Melki dicopot dari posisi Ketua BEM UI karena alasan lain. Namun, alasan ini masih menjadi spekulasi dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Pemeriksaan Kasus Melki Sedek Huang
Namun, kasus dugaan kekerasan seksual yang melibatkan Melki Sedek Huang perlu ditelusuri lebih lanjut. Hal ini diungkapkan oleh Rocky Gerung saat wawancara dengan Jurnalis Senior Hersubeno Arief di Kanal YouTube Rocky Gerung Official. Gerung menekankan pentingnya transparansi dan keadilan dalam proses hukum ini.
Rocky Gerung Mengapresiasi Sikap Melki Sedek Huang
Sampai saat ini, Rocky Gerung sangat mengapresiasi sikap Melki Sedek Huang yang menerima pemeriksaan kasus tersebut. “Meskipun dia tidak tahu siapa yang melaporkan, tetapi ada etik. Begitu ada laporan dari mana pun, oleh siapa pun, tetapi harus dianggap untuk proteksi perempuan, maka tindakan pertama adalah mengundurkan diri atau diberhentikan, atau mengakui akan ada proses hukum. Nah untuk pembuktiannya nanti di pengadilan,” kata Rocky Gerung.
Gerakan Mahasiswa dan Kasus Melki Sedek Huang
Rocky Gerung justru melihat adanya tindakan untuk mengintai tokoh-tokoh gerakan mahasiswa. Hal ini hampir sama dengan kasus baliho Presiden Jokowi oleh Gielbran Muhammad Noor dari BEM UGM. Gerung berpendapat bahwa ini adalah bagian dari upaya untuk melemahkan gerakan mahasiswa, yang sering kali menjadi suara kritis dalam masyarakat.
Penutup
“Jadi hal yang biasa menjelang Pilpres, disebarlah aparat negara untuk mengintai aktivis mahasiswa, dan mungkin juga aktivis partai. Tapi gerakan mahasiswa mereka menganggap moral force. Karena itu diintai untuk melemahkan moral force-nya dengan kasus-kasus seperti ini,” katanya. Rocky menegaskan, jika isu pelecehan seksual terbukti secara hukum, maka sudah sepantasnya ia mendorong Melki untuk dipenjara.
Ikuti kami di Google News: Opini Kampus