Opinikampus.com – Tim peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menemukan potensi asam humat dari senyawa batu bara di Riau. Ferian Anggara dan timnya berhasil mengubah senyawa batu bara dari Peranap, Riau, yang berkalori rendah menjadi produk asam humat yang memiliki nilai jual tinggi.
Baca Juga: Kampus Terunggul di Indonesia Versi THE WUR 2024: Keunggulan Pendidikan Tinggi Indonesia
Asam Humat dan Kesuburan Tanah
Asam humat adalah salah satu dari tiga komponen penyusun tanah yang memiliki tingkat kesuburan tinggi, juga dikenal sebagai humus. Biasanya, asam humat diperoleh dari ekstraksi pelapukan bahan organik dalam humus. Namun, hasil penelitian tim menunjukkan bahwa senyawa pembentuk asam humat dapat ditemukan dari hasil pengolahan batu bara berkalori rendah. Asam humat ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesuburan tanah bagi tumbuhan.
Proses Pengolahan Batu Bara
Melalui risetnya, Ferian mengungkapkan bahwa ekstraksi satu ton batu bara di Peranap dapat menghasilkan 50 persen asam humat atau setara dengan 500 kilogram. Proses pengolahan batu bara meliputi penggilingan, ekstraksi, hingga pengeringan, dan menghasilkan produk humat.
Asam Humat Bukan Pupuk
Namun, Ferian menegaskan bahwa asam humat bukanlah pupuk. Ketika proses pemupukan dilakukan secara masif, tanah cenderung akan mengeras. Oleh karena itu, tanah tidak hanya membutuhkan pupuk, tetapi juga pembenah tanah, dalam hal ini humus dan asam humat.
Potensi Pasar Asam Humat
Ferian memperkirakan bahwa potensi pasar asam humat dapat memenuhi kebutuhan 50 juta hektare lahan. Meski belum sepenuhnya terealisasi, namun Ferian mengatakan jumlah tersebut sangat realistis jika menghitung lahan produktif di Indonesia dan total produksi asam humat per tahun.
Program Peningkatan Nilai Tambah Batu Bara
Hasil penelitian Ferian dan tim menunjukkan potensi yang cukup menjanjikan. Selain itu, program ini juga sejalan dengan Program Peningkatan Nilai Tambah batu bara melalui Undang-undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Batu Bara.
Ikuti kami di Google News: Opini Kampus