Hubungan sosial atau interaksi sosial juga dapat berpengaruh terhadap tingkat pencapaian usaha belajar yakni perbaikan dan perubahan dalam individu yang dimanifestasikan dalam perilaku dan skill yang dilihat melalui hasil belajar yang dicapai dari sekolah Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap guru dan peserta didik di kelas VA SDN 13I Muara Bulian hubungan sosial hanya mencapai 30 yang telah terlihat memiliki hubungan sosial atau interaksi sosial di dalam kelas pada saat proses pembelajaran yaitu terlihat peserta didik mau berbagi dalam meminjamkan alat tulis ketika akan belajar, peserta didik telihat bekerja sama 12 dalam kelompok, tetapi sebanyak 70 peserta didik belum terlihat memiliki hubungan sosial dalam proses pembelajaran dan itu dilihat dari belum terlaksananya empat indikator hubungan sosial. Maka peneliti berkolaborasi dengan guru melakukan refleksi. Guru perlu menggunakan metode pengajaran yang tepat untuk melaksanakan pembelajaran aktif, sehingga guru bersama peneliti mengintegrasikan salah satu metode pembelajaran yaitu metode sosiodrama. Sebagaimana pendapat Sumiati Asra (2002:100) bahwasanya metode sosiodrama berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisis situasi sosial tertentu, dan langkah-langkah pada metode sosiodrama secara implisit dapat menumbukan sikap sosial peserta didik. Adapun menurut Sanjaya 2006160 Metode pembelajaran bermain peran yang di sebut sosiodrama digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah narkoba, kenakalan remaja, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya.
Dalam arti kata seluas apapun hubungan sosial antar siswa itu dilakukan tetapi kalau etika dalam pergaulan itu tidak diperhatikan oleh siswa maka hubungan sosial yang seharusnya baik akan menjadi sia-sia saja. Jika hubungan sosial antar siswa dalam pendidikan tidak diperhatikan, maka semua itu akan berkelanjutan dengan memberikan dampak negatif. Dengan berbagai cara, faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan sosial dengan hasil belajar IPS itu harus diatur, supaya hubungan sosial di sekolah dapat berlangsung dengan baik. Setelah melakukan observasi. Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan.
Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut:
- adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit,
- amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar,
- menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor,
- pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri,
- pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah
- anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.
Karakteristik dan ciri tingkah laku sosial anak SD adalah minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Hal ini timbulnya geng-geng pada anak tingkat SD dalam lingkungannya. Anak membentuk geng hanyalah untuk kesenangan bermain semata bukan untuk melakukan kekacauan. Dalam geng ini terdapat dua jenis yaitu geng anak laki-laki dan geng anak wanita.
Perbedaan geng anak laki-laki yaitu tipe kegiatannya lebih keras, bergejolak, dan bersifat petualangan seperti: main peperangan, berkelana, mencari ikan, berburu burung, dan memanjat pohon. Sementara itu geng anak wanita lebih nampak kelembutan dan hubungan sosial seperti: main di sekitar rumah dengan permainan ringan yaitu main tali, main congkak, dan petak umpet. Berikut adalah karakteristik perkembangan sosial anak pada usia sekolah dasar yaitu minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas keluarga.
Pengaruh yang timbul pada keterampilan sosialisasi anak diantaranya berikut ini:
- Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah laku yang dapat diterima oleh kelompok,
- Membantu anak mengembangkan nilai-nilai sosial lain diluar nilainya, dan
- Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan kepuasan emosional dari rasa berkawan.
Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya, anak Usia Sekolah Dasar mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial, diantaranya:
1. Pembangkangan (Negativisme)
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.
2. Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata(verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti; mencubit, menggigit, menendang dan lain sebagainya. Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin meningkat.
- Berselisih (Bertengkar)Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.
- Menggoda (Teasing)Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
- Persaingan (Rivaly)Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. yaitu persaingan prestice (merasa ingin menjadi lebih dari orang lain).
- Kerja sama (Cooperation), Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain.
- Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
- Mementingkan diri sendiri (selffishness), Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya.
- Simpati (Sympathy)Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.
Selama tidak ada pertentangan, maka selama itu pulalah anak itu tidak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya. Namun jika salah satu kelompok lebih kuat dari lainnya, anak akan menyesuaikan dirinya dengan kelompok di mana dirinya dapat diterima dengan baik. Faktor umum yang mempengaruhi terjadinya hubungan sosial adalah sebagai berikut
1 Sugesti, yaitu mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara pendapat,dorongan atau lainnya supaya orang tersebut mengikutinya.
2 Imitasi, yaitu proses belajar seseorang dengan cara meniru atau mengikutiprilaku orang lain. Melalui proses imitasi seseorang dapat mempelajarinilai hal-hal yang berguna dan norma aturan dalam masyarakat.
3 Identifikasi, yaitu menjadikan dirinya sama identik dengan orang lainkarena disebabkan adanya dorongan kekaguman terhadap orang laintokoh idola.
4 Simpati, yaitu perasaan emosional seseorang seperti rasa suka, setuju,atau susah kepada orang lain ikut merasa susah jika orang lain ditimpabencana
5 Empati, yaitu keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Empati lebih tinggi tingkatannya darisimpati, karena empati merupakan kelanjutan dari simpati. Empati itumerupakan bentuk perbuatan nyata untuk mewujudkan rasa simpati.
6 Motivasi, yaitu doronganmotif yang mendasari seseorang untuk berbuat. Ali dkk. (2009:96) Ada empat tahap proses penyesuaian diri yang harus dilalui oleh anak selama membangun hubungan sosialnya, yaitu sebagai berikut a Anak dituntut agar tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati hak orang lain. b Anak dididik untuk mentaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok. c Anak dituntut untuk lebih dewasa di dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asas saling memberi dan menerima. d Anak ditutut untuk memahami orang lain atau temannya. Keempat tahap proses penyesuaian diri berlangsung dari proses yang sederhana ke proses yang semakin kompleks dan semakin menuntut penguasaan sistem respons yang kompleks pula.
Khoidatul Munawaroh (G8222037)