Hubungan sosial merupakan cara-cara individu berinteraksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya Khalilah, (2017). Salah satu faktor yang ada dari luar diri peserta didik yaitu lingkungan sosial di dalam kelas Haryati, (2016) Yulianti et al. , 2018. Di lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peran tertentu dari beberapa peserta didik Sandrawati, (2016), sebagai contoh seorang peserta didik dapat menjabat sebagai ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris, bendahara, keamanan dan sebagainya, sehingga dalam menjalani hubungan sosial peserta didik tersebut memperoleh penghargaan dari sesama peserta didik Amiruddin et al. , (2022). Sebagai makhluk sosial, untuk dapat diterima oleh lingkungan sosial terutama teman-teman sebaya bagi setiap individual atau remaja merupakan suatu kebutuhan yang sangat mutlak Sumiati, (2010). Peranan lingkungan sekolah terhadap pembentukan perilaku sosial perserta didik yaitu keteladanan, pembiasaan, nasihat, mekanisme kontrol, memberi sanksi yang terlaksana secara baik dan sistematis Nurfirdaus Hodijah, (2018).
Pada anak usia dini ada beberapa aspek perkembangan yang harus dikembangkan, salah satunya perkembangan sosial. Prilaku sosial adalah suatu proses sosialisasi, yaitu kemampuan individu untuk bersosialisasi dengan orang lain , baik orang orang yang berada disekitarnya maupun orang-orang yang jauh dari lingkungan sekitarnya. Menurut Monks2006 183 perkembangan sosial dan kepribadian dimulai dari usia pra sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua maupun guru terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat. dan lingkungan awal yang menjadi dasar perkembangan anak mempunyai peran penting dalam pembentukan kepribadian anak. Dasar perkembangan sosial diletakkan pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya, tidak hanya lebih banyak bermain tetapi juga percakapan atau komunikasi. Melatih kemampuan Sosial Emosional Anak bertujuan agar anak merasa percaya diri, mampu bersosialisasi dengan orang lain, menahan emosinya jika berada dalam suatu keadaan sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan anak. Pengembangan sosial anak dapat dikembangkan dengan mengajak anak untuk mengenal diri dan lingkungannya.
Interaksi dengan keluarga sendiri dan orang lain juga akan menbantu anak membangun konsep dirinya. Menurut Permen 58 Tahun 2007, lingkup perkembangan sosial anak usia 5-6 tahun meliputi 1 bersikap kooperatif dengan teman yaitu saling memotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya sesuatu tujuan pembelajaran yang maksimal. Contohnya melakukan sebuah kegiatan yang bersifat kelompok, 2 menunjukkan sikap toleran yaitu menghargai dan menghormati setiap tindakan yang dilakukan teman, Misalnya saling membantu sesama teman yang sedang mengalami kesusahan, 3 menunjukkan rasa empati yaitu dapat menempati atau memahami hati orang lain, misalnya dapat menghibur teman yang sedang merasa sedih, 4 mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat, misalnya berbicara dengan sopan, tidak berteriak, dan 5 menghargai keunggulan orang lain, yaitu dapat menghargai keunggulan atau kelebihan yang dimiliki oleh teman, misalnya dapat menghargai hasil karya teman.
Beberapa hal yang menyebabkan belum tercapainya kemampuan sosial yaitu kurangnya stimulasi yang diberikan oleh orang tua pada anak ketika anak berada dirumah bersama keluarga. Sebagian besar orang tua memfasilitasi anaknya dengan permainan yang bersifat individual, sehingga ketika anak berada diluar lingkungan keluarganya, anak tidak dapat bersosialisai dengan orang lain selain anggota keluarganya. Masalah perkembangan sosial juga sering kali luput dari perhatian guru maupun orang tua. Anak disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademis semata sehingga mereka kehilangan waktu untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman-temannya.
Hubungan Sosial Peserta Didik Dengan Peserta Didik Lain Ditentukan Dari Beberapa Aspek, Yaitu:
- Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya peserta didik bergaul, makin sering peserta didik bergaul, pada umumnya peserta didik itu makin baik dalam segi hubungan sosialnya. Bagi peserta didik yang mengisolir diri, di mana ia kurang bergaul, hal ini menunjukkan bahwa di dalam pergaulannya kurang baik.
- Intensitas tingkat hubungan, yaitu sejauh mana atau segi mendalam tidaknya peserta didik di dalam pergaulannya. Makin mendalam seorang peserta didik di dalam hubungan sosialnya dapat dinyatakan bahwa hubungan sosialnya semakin baik.
- Popularitas hubungan, yaitu bila seorang peserta didik memiliki semakin banyak teman di dalam pergaulannya maka pada umumnya dapat dinyatakan bahwa semakin baik pula hubungan sosialnya. Faktor popularitas inilah yang digunakan sebagai ukuran atau kriteria untuk melihat baik tidaknya seorang peserta didik di dalam hubungan atau interaksi sosialnya, dan inilah yang digunakan dasar sosiometri.
Samsu Yusuf Budiamin dkk, 2000132 menyatakan bahwaPerkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untukmenyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkandiri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belummemiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosialanak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dananggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilakusosial lain, seperti marah tidak senang mendengar suara keras dan kasihsayang. Sueann Robinson Ambron Budiamin dkk, 2000132 menyatakan bahwa sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana danterbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikiantingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Anak yang sejakusia dini sudah sering mengalami trauma baik fisik maupun psikis akan terbentukkepribadian sebagai berikut:
- Anak menjadi Agresif. Kekerasan dapat membentuk kepribadian anak yang agresif. Perilaku agresifini seperti suka berkelahi, memukul, berteriak, temperamental, tidak mau mengikut perintah atau tidak patuh. Sifat agresif ini mengganggu segi sosialnya. Anak tidakmampu berteman dengan teman yang lain dan bisa jadi anak tidak akan diterima di pergaulannya.
- Anak bersifat depresif. Murung atau depresi.Berawal dari masalah yang sulit untuk dihilangkan. Anak menjadi pendiam,menjadi ketakutan saat berada pada obyek yang tidak jelas dan mengalamikecemasan. Dengan kondisi ini, anak akan kesulitan dalam memecahkan masalahdan berinisiatif. Anak menjadi murung karena takut akan mengulangi kesalahan(berpikir negatif). Kekerasan itu akan menyebakan depresi yang menguah kehidupan anak secara drastis. Biasanya anak akan mengalami gangguan tidur danmakan yang akan mempengaruhi berat badan.
- Anak akan mudah menangis. Sikap ini terjadi karena anak merasa tidak aman dengan lingkungannya. Anakmenganggap bahwa tidak ada orang dapat melindunginya (kehilangan figur pelindung). Dengan pemikiran seperti itu anak menjadi sulit dalam mempercayaioorang lain.
- Melakukan tindak kekerasan kepada orang lain.Hal ini terjadi karena anak mengambil contoh perlakuan orang dewasakepadanya dulu. Ia akan belajar dari pengalamannya kemudian akan bereaksi ataumenerapkan perilaku sesuai yang dipelajari.
- Kognitif anak menurun.Menurunya daya kognitif anak terjadi karena adanya tekanan dari kekerasan psikologi. Contohnya: jika kekerasan fisik terjadi dan mengenai bagian kepala, halini dapat mengganggu fungsi otaknya dan lebih lanjut mempengaruhi proses danhasil belajarnya.
- Anak bersikap permisif. Anak akan merasa bahwa dirinya tidak berguna karena adanya perasaan tidak beranfaat, akhirnya mempengaruhi sifat anak yaitu menjadi pendiam, mengisolasidiri dan tidak mampu bergaul, sebagai perilaku yang sangat nyaman bagi dirinya.Anak kurang bisa mengembangkan hubungan dengan anak sebayanya. Saat di usiadewasa, anak akan bermasalah dengan relasi. Anak kesulitan dalam menjalin danmempertahankan hubungan yang baik.
- Anak bersifat Destruktif. Seperti ada keinginan menyakiti diri sendiri, karena sifatnya yang tidak mampumembela diri atau mencari pertolongan. Perasaannya selalu putus asa dan perasaankesal yang memuncak mendorong menyakiti diri sendiri. Bahkan yang paling buruk, anak akan melakukan percobaan bunuh diri. Pemikiran ini muncul karena beban pikiran (stress) dan permasalahan yang tak kunjung mendapatkan penyelesaian. Dan sebagian besar anak akan mengalihkan perilakunya pada hal-hallain untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
- Rasa Percaya diri menurun. Anak yang mengalami kekerasan dalam hidupnya, akan cenderung pemalu.Karena ia berfikir kalau keluarganya tidak harmonis. Ia selalu membedakandengan keluarga teman yang lain. Yang orang tua temannya memiliki sikap baikhati, tidak sebanding dengan dirinya yang selalu di pukul saat melakukan sedikitkesalahan. Dari hal itu kepercayaan dirinya mulai menghilang.
Jadi, Pengalaman kekerasan yang diterima oleh seorang anak dalam hidupnyaakan menimbulkan rasa trauma dalan kurun wakttu yang cukup panjang. Kadangtetap melekat dan juga sudah diperbaiki. Secara psikologi, hidupnya penuh dengankecemasan, labil, buruk dalam mengendalikan emosi, perilaku negatif, mudahmarah atau menangis, mengembangkan perilaku agresif, pemarah, sukamenyerang, relasi sosialnya terganggu, tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan,menarik diri dari pergaulan, rasa percaya diri yang kurang, menghindari interaksidengan anak sebayanya, mudah stress, mudah depresi, cenderung melampiaskankepada komunitas yang buruk seperti anak punk dan anak akan kurang dalam segisosial lainnya. Upaya yang dilakukan guru untuk menyelesaikan permasalahan ini, salah satunya membuat analisis sosiometri. Analisis dapat dilakukan secara kuantitatif untuk menghitung berapa jumlah indeks setiap individu dalam setiap kelompok yang dikenai sosiometri, juga dianalisis secara kualitatif sehingga dapat dilihat dari alasan-alasan yang dikemukakan responden dalam memilih danatau menolak orang lain sebagai anggota kelompok yang akan dibentuk, dan jaringan soaial yang memberikan gambaran tentang hubungan antar individu dan kelompoknya dan hubungan antar anak dalam kelompoknya. Angket sosiometri atau tes sosiometri dibuat dan dibagikan ke peserta didik dengan di jelaskan kepada pesrta didik yang tergabung dalam kelompok tertentu atau kelas tertentu untuk menangani hubungan sosial dan tingkat popularitas peserta didik. peserta didik yang kurang bergaul dengan teman-temannya di kelas maupun temanteman yang bukan sekelas, atau dengan kata lain frekuensi hubungan sosial peserta didik tersebut masih rendah. Makin sering individu bergaul maka individu itu makin baik hubungan sosialnya, namun jika individu itu mengisolasi diri maka hubungan sosialnya kurang baik Fitriani et al.
Adanya sikap peduli dari orang tua terhadap perkembangan sosial anak akan berdampak pada hasil belajarnnya di sekolah. Perkembangan sosial meliputi tiga aspek yaitu agar dapat berprilaku yang dapat diterima dimasyarakat, agar mampu bersikap sosial, dan yang terakhir anak diharapakan mampu memainkan peran sosial, ketiga aspek tersebut merupakan tujuan dari perkembangan sosial yang diharapkan dapat tercapai pada proses pembelajaran di sekolah. Dengan tercapainya aspek perkembangan sosial tersebut akan membantu anak untuk mendapatkan hasil yang baik pula. Perkembangan sosial merupakan salah satu aspek penentu keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Perkembangan sosial ada dalam diri setiap peserta didik. Menurut Ahmadi Djaali, (2013:49) menjelaskan perkembangan sosial pada dasarnya dimulai sejak manusia lahir. Artinya perkembangan sosial telah ada dan berkembang seiring dengan bertambahnya usia dan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya bimbingan orang tua, norma dimasyarakat, kemajuan teknologi dan lainnya. Susanto (2011:40) menjelaskan perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial yang terkait dengan norma-norma moral, dan tradisi, dengan demikian dapat di artikan bahwa perkembangan sosial erat kaitannya dengan lingkungan baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan pendidikan. Pentingnya hubungan sosial bagi peserta didik dalam proses pembelajaran adalah untuk mengarahkan peserta didik baik dalam berperilaku maupun dalam kegiatan proses pembelajaran. Peserta didik yang memiliki perkembangan sosial yang baik cenderung mendapatkan hasil belajar yang baik. Perkembangan sosial yang dapat mendukung pembelajaran adalah perkembangan sosial yang positif. Mampu bekerjasama dengan peserta didik dengan guru, memperhatikan pembelajaran, dan merespon pembelajaran dengan baik. Perkembangan sosial dapat mempengaruhi hasil belajar.
Hasil belajar adalah nilai akhir yang diperoleh peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Hasil belajar dapat menentukan tingkat keberhasilan seorang peserta didik. Hamalik 200630 menjelaskan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, dengan demikian seseorang yang awalnya tidak memiliki pengetahuan akhirnya dapat berkembangan. Perkembangan ini tentunya mengarah pada hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar dapat merubah konsep dan pemahaman seorang peserta didik dalam menguasai pembelajaran.
pengeruh perkembangan sosial terhadap hasil belajar peserta didik dapat diungkapkan sebagai berikut:
- Perkembangan Sosial Perkembangan sosial adalah perkembangan yang berhubungan dengan pencapaian kematangan hubungan sosial yang dilihat dari indikator; berinteraksi baik, toleransi, mandiri, empati, bertanggung jawab, suka menolong, menerima pendapat orang lain, dan memelihara hubungan perkembanga sosial terdiri atas 8 indikator yaitu:
- Berinteraksi Baik Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai pengaruh perkembangan sosial terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui bahwa berinteraksi baik peserta didik tergolong ke dalam interprestasi baik menurut rumus presentase Djaali dan Mulyono (2010: 105).
- Toleransi Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai pengaruh perkembangan sosial terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui bahwa toleransi peserta didik tergolong ke dalam interprestasi baik menurut rumus presentase Djaali dan Mulyono (2010: 105).
- Mandiri Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai pengaruh perkembangan sosial terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui bahwa mandiri peserta didik tergolong ke dalam interprestasi baik menurut rumus presentase Djaali dan Mulyono (2010: 105).
- Empati Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai pengaruh perkembangan sosial terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui bahwa empati peserta didik tergolong ke dalam interprestasi baik menurut rumus presentase Djaali dan Mulyono (2010: 105).
- Bertanggung Jawab Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai pengaruh perkembangan sosial terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui bahwa bertanggung jawab peserta didik tergolong ke dalam interprestasi baik menurut rumus presentase Djaali dan Mulyono (2010: 105).
- Suka Menolong Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai pengaruh perkembangan sosial terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui bahwa suka menolong peserta didik tergolong ke dalam interprestasi baik menurut rumus presentase Djaali dan Mulyono (2010: 105).
- Menerima Pendapat Orang lain Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai pengaruh perkembangan sosial terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui bahwa menerima pendapat orang lain peserta didik tergolong ke dalam interprestasi baik menurut rumus presentase Djaali dan Mulyono (2010: 105).
Memelihara Hubungan Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai pengaruh perkembangan sosial terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui bahwa memelihara hubungan peserta didik tergolong ke dalam interprestasi baik menurut rumus presentase Djaali dan Mulyono (2010: 105).
- Hasil Belajar Hasil belajar adalah adalah nilai akhir yang diperoleh peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Hasil belajar dapat menentukan tingkat keberhasilan seorang peserta didik. Hamalik (2006:30) menjelaskan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar peserta didik yang di lihat dari hasil rapor menunjukkan tidak semua peserta didik yang hasil belajar nya rendah. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta melalui kegiatan belajar. Sehubungan dengan ini hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai akhir atau nilai rata-rata kelas yang diambil dari nilai raport.
Perbedaan lingkungan dapat mempengaruhiperbedaan sikap dasar hubungan sosial anak. Secara psikologis, sikap ini dapat dipelajari melalui tiga cara, yaitu :
- Meniru orang yang lebih berprestasi dalam bidang tertentu.
- Mengkombinasikan pengalaman.
- Menghayati pengalaman emosional khusus secara mendalam.
Mega Astuti Abd Rahim (G8222027)