Opinikampus.com – Aksi bela Palestina yang bentrok dengan Ormas Manguni di Bitung, Sulawesi Utara, telah menimbulkan berbagai respons dari ormas di berbagai wilayah Indonesia. Beberapa ormas di Kalimantan, Makassar, dan daerah lainnya, secara terbuka mendesak pembubaran Ormas Manguni di wilayah masing-masing karena dikhawatirkan dapat memicu ketegangan yang lebih luas.
Di sisi lain, Polda Sulawesi Utara (Sulut) telah menetapkan dan menahan tujuh orang tersangka yang berasal dari dua ormas yang terlibat dalam bentrokan di Bitung. Irjen Setyo Budiyanto, Kapolda Sulut, menyatakan bahwa situasi Kota Bitung saat ini telah aman dan terkendali setelah kejadian bentrokan pada Sabtu, 25 November 2023.
Polisi terus berkoordinasi dengan tokoh agama, masyarakat, dan komunitas untuk menyelesaikan perkara ini. Budiyanto menegaskan bahwa aktivitas masyarakat telah kembali normal setelah insiden tersebut.
Menyikapi peristiwa ini, Moh Jenli Abbas, M.Pd, seorang dosen di Universitas Pohuwato, menanggapi bentrokan antara aksi bela Palestina dan Ormas Manguni yang terjadi pada Sabtu, 25 November 2023 lalu. Abbas menyoroti pentingnya dialog yang inklusif dalam menangani perbedaan pendapat. Dia menekankan perlunya pendekatan yang bijaksana dan responsif terhadap dinamika masyarakat. Dialog antar-pihak yang berseteru, baik dari ormas maupun pihak keamanan, menjadi kunci untuk mencapai pemahaman bersama dan menyelesaikan konflik tanpa mengorbankan prinsip-prinsip kemanusiaan. Abbas juga menekankan peran lembaga hukum dalam menegakkan keadilan tanpa melupakan hak kebebasan berpendapat yang dilindungi oleh konstitusi.
Selain itu, peristiwa ini semakin mempertegas isu konflik Israel vs Palestina. Tidak hanya menyoroti kekerasan dalam unjuk rasa, tetapi juga menggambarkan perbedaan pendapat di antara ormas yang memiliki pandangan berbeda dalam menyelesaikan konflik dan menjunjung tinggi kebebasan berekspresi.
Bentrokan antara dua kelompok masyarakat di Kelurahan Maesa, Kecamatan Bitung Timur, Sabtu (25/11/2023) sore, dilaporkan menyebabkan satu orang tewas. Peristiwa ini terjadi saat salah satu kelompok massa menggelar acara budaya dalam rangka peringatan ulang tahun organisasi kemasyarakatan. Saat mereka berpawai keliling kota, mereka bertemu dengan kelompok lain yang sedang melakukan unjuk rasa bela Palestina. Dugaan adanya provokasi dan tuduhan bahwa kelompok pawai mendukung Israel menjadi pemicu bentrokan tersebut.
Dengan laporan adanya satu korban tewas dalam insiden ini, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, dan tokoh agama serta masyarakat segera mengajak untuk perdamaian. Petugas keamanan juga mengerahkan pasukan gabungan di daerah Maesa setelah terjadinya bentrokan.
Wali Kota Bitung, Maurits Mantiri, bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bitung, Polres Bitung, dan Komando Distrik Militer (Kodim) 1310/Bitung merespons kejadian tersebut. Langkah-langkah untuk perdamaian diambil oleh anggota FKUB dengan mengatasnamakan Makatana Minahasa dan BSM di Gelanggang Olahraga Manembo-nembo.
“Pemerintah bersama aparat kepolisian dan TNI cepat tanggap menyelesaikannya,” kata Pendeta Raymon Manopo, Ketua FKUB Bitung.
Maurits menyebut bahwa kesepakatan dari instansi yang berkompeten telah tercapai. Namun, kewaspadaan tetap diperlukan, sebab masih ada kemungkinan adanya orang yang belum menyadari keadaan damai di Kota Bitung.
“Mari kita sampaikan informasi yang benar dan jangan mengurangi makna dari kedamaian yang sudah tercapai,” ungkap Maurits.(redaksi)